Anjuran Memberi Berita Gembira dan Ucapan Selamat
Bersama Pemateri :
Ustadz Mubarak Bamualim
Anjuran Memberi Berita Gembira dan Ucapan Selamat adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Riyadhus Shalihin Min Kalam Sayyid Al-
Ceramah Agama Islam Tentang Anjuran Memberi Berita Gembira dan Ucapan Selamat
Pada kesempatan yang baik ini, kita akan melanjutkan kajian hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang merupakan salah satu pedoman hidup kita. Sebagai seorang muslim, maka hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah salah satu dari pegangan kita.
Pembahasan kita yang terakhir sampai pada pembukaan bab yang ke-95. Yaitu bab:
باب استحباب التبشير والتهنئة بالخير
Bab tentang dianjurkannya memberikan berita gembira dan memberikan ucapan selamat atas suatu kebaikan yang diperoleh oleh seseorang dan kita mengetahuinya, maka kita ucapkan berita gembira, ucapkan selamat kepada orang tersebut.
Contoh ucapan kabar gembira dalam Al-Qur’an
Dalil-dalil dari Al-Qur’an telah disampaikan pada pertemuan yang sebelum ini. Terakhir adalah ayat yang dibawakan oleh An-Nawawi Rahimahullahu Ta’ala dari surat Ali-Imran ayat 45. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
إِذْ قَالَتِ الْمَلَائِكَةُ يَا مَرْيَمُ إِنَّ اللَّـهَ يُبَشِّرُكِ بِكَلِمَةٍ مِّنْهُ اسْمُهُ الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ
“Ingatlah tatkala para Malaikat berkata kepada Maryam: ‘Wahai Maryam, sesungguhnya Allah memberikan berita gembira kepada engkau, dari kalimat tersebut akan lahir seorang anak yang namanya Al-Masih Isa bin Maryam..” (QS. Ali-Imran[3]: 45)
Ini Allah memberikan berita gembira. Dan sebelumnya kita telah jelaskan bagaimana para Malaikat juga memberikan berita gembira kepada Ibrahim dan istrinya tentang akan lahirnya seorang anak, yaitu Ishak yang kemudian setelah Ishak akan mempunyai anak yang namanya Ya’qub.
Maka memberikan berita gembira ini adalah salah satu amalan yang mulia. Dan Islam selalu memberikan berita gembira, terutama kepada kaum mukminin, kepada kaum muslimin. Inilah yang harus kita amalkan. Ada takhwif (menakut-nakuti) dalam Qur’an dan Sunnah. Tetapi bagi seorang mukmin, hendaklah dia selalu diberikan berita gembira. Bahkan orang yang berbuat dosa kita ajak dia untuk bertaubat, kembali kepada Allah, dan berita gembira bagi orang-orang yang bertaubat dengan taubat yang nashuha, taubat yang betul-betul ikhlas karena Allah meninggalkan dosanya. Maka Allah akan mengampuni orang-orang yang berdosa dan dia bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Contoh kabar gembira dalam hadits Pertama
Adapun hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang dibawakan oleh Al-Imam An-Nawawi Rahimahullahu Ta’ala dalam bab ini, yang pertama:
أَنَّ رسولَ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم بَشَّرَ خَدِيجَةَ، رضي اللَّه عنها، بِبيْتٍ في الجنَّةِ مِنْ قَصَبٍ، لاصَخبَ فِيه وَلاَ نَصب.
Hadits Muttafaqun ‘alaih, dikeluarkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim di dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim.
Hadits ini menjelaskan kepada kita bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan berita gembira, menyampaikan berita, dan tentu berita ini adalah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah memberitahukan kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam agar beliau menyampaikan kepada Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwailid Radhiyallahu ‘Anha. Apakah berita gembira tersebut?
بيْتٍ في الجنَّةِ
“Sebuah istana di surga”
Kata Imam An-Nawawi Rahimahullahu Ta’ala bahwa setiap kata “بيت” dalam hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, kalau disebutkan “di surga”, itu artinya sebuah istana.
Nabi memerikan berita gembira kepada Khadijah tentang sebuah istana di surga baginya yang terbuat dari:
مِنْ قَصَبٍ
Kata An-Nawawi Rahimahullah:
“الْقَصبُ”هُنا: اللُّؤْلُؤ المُجوفُ
“الْقَصبُ itu adalah permata-permata yang ada rongga di tengahnya.”
Jadi intinya bahwa Alalh akan memberikan kepada Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwailid sebuah istana di surga yang terbuat dari mutiara atau permata-permata.
لاصَخبَ فِيه وَلاَ نَصب
“Yang tidak ada di dalamnya teriakan-teriakan, suara-suara ribut, kebisingan-kebisingan, dan juga tidak ada kepayahan.”
Sahabat yang dijamin surga
Kita mengetahui bahwa para sahabat yang disebutkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bahwa mereka dijamin surga oleh Allah ‘Azza wa Jalla, tidak hanya 10 orang. Yaitu yang masuhur disebut dengan العشرة المبشرون بالجنّة. Ada 10 orang yang mereka diberikan berita gembira oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bahwa mereka nanti akan masuk surga. 10 orang yang diberitahukan mereka masuk surga yang masyhur ini karena Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan mereka dalam satu hadits. Adapun yang diberitahukan berita gembira untuk mereka dengan surga tidak hanya 10 orang itu, tapi banyak yang lainnya. Diantaranya Khadijah binti Khuwailid Radhiyallahu ‘Anha, Ukasyah bin Mihshan dan yang lainnya dari sahabat-sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Inilah berita gembira. Semoga Allah pun demikian, memasukkan kita ke surgaNya dengan rahmat dan karuniaNya. Allah Subhanahu wa Ta’ala Dzat yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, Dzat yang Maka Pengasih dan Penyayang kepada hamba-hambaNya yang beriman.
Jadi hadits dari ‘Abdullah bin Aufa Radhiyallahu ‘Anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan berita gembira kepada Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwailid Radhiyallahu ‘Anha yaitu istana di surga.
Sama-sama namanya istana, di dunia juga ada istana. Tapi jangan dibayangkan istana yang ada di dunia sama dengan istana yang ada di surga, tidak mungkin sama. Kita tidak bisa membayangkan tentang kenikmatan-kenikmatan yang Allah siapkan untuk kaum mukminin di surga kelak.
Keutamaan Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwailid
Dan tentu hadits ini menjelaskan kepada kita tentang keutamaan Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwailid Radhiyallahu ‘Anha. Dan tentu kita tidak meragukan tentang keimanan beliau Radhiyallahu ‘Anha, perjuangan beliau bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam diangkat menjadi Rasul oleh Allah ‘Azza wa Jall, beliau adalah istri yang memberikan kepada suaminya sugesti, semangat, dorongan, karena beliau tahu betul siapa suaminya.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam orang yang mulia, orang yang baik akhlaknya, orang yang selalu membantu fakir miskin, orang yang memuliakan tamu, dan berbagai akhlak yang mulia yang dimiliki oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Maka ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kembali dari gua Hira untuk menyampaikan kepada Khadijah binti Khuwailid Radhiyallahu ‘Anha yang beliau cintai tentang kedatangan seorang yang menyampaikan kepada beliau wahyu, yaitu Jibril ‘Alaihis Salam, maka dengan spontan Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwailid Radhiyallahu ‘Anha berkata kepada beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
فَوَاللهِ لاَ يُخْزِيْكَ اللهُ
“Demi Allah, tidak mungkin Allah menghinakanmu.”
Karena apa? Beliau tahu siapa suaminya ini. Perangainya, akhlaknya, budi pekertinya, karena beliau disiapkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla sebelum mengangkat menjadi seorang Rasul yaitu dari sisi akhlak beliau, perangai beliau, sifat-sifat kemuliaan beliau sudah dipupuk dan dibentuk oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam diri Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Ini karena beliau akan menerima beban yang berat. Yaitu berdakwah dijalan Allah, mengajak manusia kepada Allah, dari kesyirikan kepada tauhid, dari kejahiliyahan kepada ilmu. Oleh karena itu beliau harus ditempa akhlaknya sebelum dipikulkan kepada beliau amanah untuk menyampaikan risalah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ini menunjukkan pentingnya perangai yang mulia, pentingnya akhlak yang mulia. Karena akhlak dilihat dari seseorang, dari dzahirnya orang itu, dari lahirnya, dari apa yang tampak pada orang itu. Oleh karena itu tidak boleh seorang mukmin menggampangkan atau meremehkan masalah perangai, masalah akhlak, masalah adad, karena ini adalah bagian dari misi Islam yang disampaikan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Bahkan beliau bersabda dalam hadits yang shahih:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ
“Sesungguhnya aku diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak yang baik.”
Dalam riwayat Al-Imam Baihaqi, kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ
“Sesungguhnya aku diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak-akhlak yang mulia.”
Lihat juga: Pengertian Akhlak, Macam-Macam Akhlak dan Dalil Tentang Akhlak
Jadi Khadijah Radhiyallahu ‘Anha Ummul Mukminin adalah dari orang-orang yang terdahulu yang pertama-tama memeluk Islam, yang pertama-tama beriman kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika turunnya wahyu kepada beliau. Maka beliau mempunyai kedudukan yang mulia disisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Beliau berjuang bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memperjuangkan agama Allah di Kota Mekah bersama suaminya dengan apa yang beliau miliki dari harta bendanya, kedudukannya, status sosial beliau di tengah masyarakat dan berbagai hal yang beliau miliki beliau korbankan untuk membela dan mendukung serta memperjuangkan agama Allah Subhanahu wa Ta’ala. Semoga Allah ridha kepada beliau Ummum Mukminin Radhiyallahu ‘Anha Khadijah binti Khuwailid Radhiyallahu ‘Anha.
Khadijah sangat dicintai Nabi
Dan juga diambil dari hadits ini bahwa Khadijah binti Khuwailid Radhiyallahu ‘Anha adalah seroang istri yang sangat dicintai oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Beliau sering menyebut tentang Khadijah Radhiyallahu ‘Anha setelah Khadijah meninggal, setelah beliau hijrah ke Madinah. Beliau menyebut tentang kebaikan-kebaikan Khadijah. Sampai menimbulkan kecemburuan Ummul Mukminin ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, dan itu hal yang wajar yang menunjukkan bahwa mereka semuanya Ummahatul Mukminin menginginkan kebaikan dan kemuliaan di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kesetiaan suami istri
Hadits ini juga menjelaskan kepada kita tentang kesetiaan kehidupan seorang suami dan istri. Bagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam begitu mencintai istrinya, Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwailid, bahkan beliau =tetap mencintai Khadijah meskipun ia telah meninggalkan beliau terlebih dahulu. Ini menunjukkan kesetiaan dan kebaikan baik istrinya masih hidup maupun ketika istrinya telah meninggal.
Ini pola hidup yang dicontohkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau mencintai istri-istri beliau, demikian pula istri-istri beliau mencintai beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan mereka adalah orang-orang yang mulia.
Anjuran untuk memberikan kabar gembira
Hadits ini menjelaskan kepada kita tentang anjuran untuk memberikan berita gembira. Dan ini adalah salah satu perangai. Masih ada lagi kisah-kisah yang lainnya tentang berita gembira yang diberikan oleh para sahabat kepada sahabat-sahabat yang lainnya. Juga ini menunjukkan perangai dan adab-adab atau akhlak yang mulia ketika seseorang mendapatkan satu nikmat dari Allah ‘Azza wa Jalla, maka kita ikut mendoakannya, ikut mengucapkan selamat baginya, ikut untuk memberikan berita gembira kepadanya.
Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah menyebutkan masalah ini dan terurai dengan indahnya dan bagusnya. Diantara disebutkan dalam kitabnya زاد المعاد (Zadul Ma’ad). Tentang perangai memberikan tahniah (ucapan selamat), memberikan berita gembira, dan ini merupakan perangai orang-orang yang shalih, perangai orang-orang yang mulia di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Allah memberikan berita gembira kepada hamba-hambaNya yang dikehendakiNya
Allah memberikan berita gembira kepada siapa yang Allah kehendaki dari hamba-hambaNya dengan surga Allah. Sebagaimana dalam hadits ini, berita gembira dari Allah ‘Azza wa Jalla kepada Ummul Mukminin Khadijah Radhiyallahu ‘Anha bahwa beliau mendapatkan istana di surga Allah Subhanahu wa Ta’ala yang dibangun dengan mutiara-mutiara yang berongga yang tidak bisa kita bayangkan seperti apa mutiara itu dengan berbagai macam bentuk dan warnanya serta keindahannya. Semua itu tidak mungkin kita bayangkan. Karena Allah menjanjikan bagi orang yang beriman untuk di surga:
مَا لاَ عَيْنٌ رَأَتْ
“Sesuatu yang tidak pernah dilihat oleh mata.”
وَلاَ أُذُنٌ سَمِعَت
“Sesuatu yang tidak pernah didengar oleh telinga.”
وَلاَ خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ
“Dan tidak pernah terlintas dalam hati seorang manusia.”
Contoh kabar gembira dalam hadits Kedua
Hadits yang dibawakan oleh An-Nawawi Rahimahullah di dalam bab tentang memberikan berita gembira. Imam An-Nawawi Rahimahullahu berkata: Dan dari Abu Musa Al-Asy’ari beliau mengatakan:
أَنَّهُ تَوضَّأَ في بيتهِ
Pernah beliau pada suatu hari berwudhu di rumahnya.
ثُمَّ خَرَجَ
Kemudian beliau keluar meninggalkan rumahnya.
Lalu beliau berkata:
لألْزَمَنَّ رسول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم، ولأكُونَنَّ معَهُ يوْمِي هَذَا
Sungguh aku benar-benar akan menemani Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, aku akan senantiasa dengan beliau pada hari ini.
Jadi, Abu Musa Al-Asy’ari Radhiyallahu ‘Anhu bertekad untuk mengosongkan hari tersebut dengan menemani Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, mengikuti beliau dimanapun beliau berada.
فجاءَ المَسْجِدَ
Maka Abu Musa Al-Asy’ari Radhiyallahu ‘Anhu datang ke masjid Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
فَسَأَلَ عَن النَّبِيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم فقَالُوا: وَجَّهَ ههُنَا
Maka beliau pun bertanya kepada mereka (entah kepada istri-istri Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam atau kepada sebagian sahabat yang ada di situ. Intinya Abu Musa Al-Asy’ari bertanya kepada mereka dimana Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam). Maka mereka menyebutkan bahwa beliau sedang menuju ke arah yang mereka tunjukkan perginya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Lalu kata Abu Musa Al-Asy’ari Radhiyallahu ‘Anhu:
فَخَرَجْتُ عَلى أَثَرِهِ أَسأَلُ عنْهُ
Maka aku pun keluar mengikuti jejak beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Jadi Abu Musa Al-Asy’ari mengikuti jejak Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Beliau ingin mencari beliau.
حتَّى دَخَلَ بئْرَ أريسٍ
Sampai beliau masuk ke dalam satu tempat yang di sana ada بئْرَ أريسٍ (sumur Aris).
فجلَسْتُ عِنْدَ الْباب حتَّى قَضَى رسولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم حاجتَهُ وتَوضَّأَ
Kemudian Abu Musa Al-Asy’ari karena melihat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sedang berada di suatu tempat, beliau hanya menunggu di depan tempat tersebut sampai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyelesaikan hajatnya lalu beliau berwudu.
فقُمْتُ إِلَيْهِ
Maka aku bangun dan menuju kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
فإذا هُو قَدْ جلَس على بئرِ أَريس
Dan ternyata beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sudah duduk di bibir dari sumur Aris.
وتَوسطَ قفَّهَا
Beliau mengambil posisi yang di tengah. Yaitu dalam duduknya di bibir dari sumur tersebut.
وكَشَفَ عنْ ساقَيْهِ
Bahkan tersingkap atau beliau membuka kedua betisnya.
ودلاهمَا في البِئِ
Dan beliau memasukkan kedua kaki beliau ke arah sumur.
Jadi ibaratnya orang yang duduk, ada sumur kemudian duduk menghadap ke sumur dan kakinya sambil di masukan ke arah sumur. Dan beliau duduk di atas bibir sumur itu Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Kemudian kata Abu Musa Al-Asy’ari Radhiyallahu ‘Anhu:
فَسلَّمْتُ عَلَيْهِ ثُمَّ انْصَرفتْ
Maka aku pun mengucapkan salam kepada beliau. Setelah mengucapkan salam kepada beliau, aku pergi dari tempat itu.
فجَلسْتُ عِند البابِ
Dan aku duduk di pintu dari tempat yang dimasuki oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tersebut.
Kemudian kata Abu Musa Al-Asy’ari, sambil duduk di pintu tersebut dia berkata:
لأكُونَنَّ بَوَّاب رسُولِ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم اليوْم
Aku akan menjadi seorang penjaga pintu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Salam pada hari ini.
Jadi beliau sudah berniat untuk tetap berada di pintu itu, menjadi sebagai seorang yang menjaga pintu bagi Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang sedang berada di tempat itu.
فَجاءَ أَبُو بَكْرٍ رضي اللَّهُ عنه فدفَع الْبَابَ فقُلْتُ: منْ هَذَا؟
Maka datanglah Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu ‘Anhu lalu beliau mendorong pintu di tempat tersebut. Kata Abu Musa Al-Asy’ari: Siapa ini?
فَقَالَ: أَبُو بكرٍ
Abu Bakar menjawab bahwa beliau adalah Abu Bakar.
فَقلْت: عَلَى رِسْلِك
Abu Musa Al-Asy’ari berkata: Sebentar, jangan masuk dulu, aku akan memberitahukan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
ثُمَّ ذَهَبْتُ فَقُلتُ: يَا رسُول اللَّه هذَا أَبُو بَكْرٍ يسْتَأْذِن
Kemudian aku datang menemui Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan aku berkata: Wahai Rasulullah, ini ada Abu Bakar, dia minta izin untuk masuk.
Maka kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
ائْذَنْ لَه وبشِّرْه بالجنَّةِ
Izinkan Abu Bakar Ash-Shiddiq untuk masuk dan berikan berita gembira kepadanya akan surga Allah untuk beliau.
Maka Abu Musa Al-Asy’ari kembali datang menemui Abu Bakar Ash-Shiddiq dan berkata kepada Abu Bakar:
ادْخُلْ ورسُولُ اللَّه يُبشِّرُكَ بِالجنةِ
Silahkan masuk, berita gembira untukmu dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bahwa surga Allah untukmu.
فَدَخَلَ أَبُو بَكْرٍ حتَّى جلَس عنْ يمِينِ النبيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم معَهُ في القُفِّ
Maka masuklah Abu Bakar Ash-Shiddiq, kemudian beliau langsung duduk di sebelah kanan Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi wa Sallam di bibir sumur itu.
ودَلَّى رِجْلَيْهِ في البئِرِ كما صنَعَ رَسُولُ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم
Dan beliau ulurkan kedua kaki beliau ke dalam sumur sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
وكَشَف عنْ ساقيْهِ
Dan beliau juga membuka kedua betisnya sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alihi wa Sallam.
Kata Abu Musa Al-Asy’ari: Kemudian aku kembali ke posisi semua, di pintu kebun itu, kemudian aku duduk. Dan aku ketika beliau datang dari rumahnya, beliau meninggalkan saudaranya.
Abu Musa Al-Asy’ari -kata Al-Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani Radhiyallahu ‘Anhu- beliau itu mempunyai saudara. Sebagian ulama mengatakan ada dua saudaranya; yang satu namanya Abu Ruhmin, yang kedua namanya Abu Burdah Al-Aslami (salah satu sahabat yang masyhur). Sebagian ulama mengatakan ada tiga. Ada juga satu sarudara beliau yang bernama Muhammad. Tapi kata Al-Hafidz Ibnu Hajar bahwa yang paling masyhur diantara sudara-saudara Abu Musa Al-Asy’ari adalah Abu Burdah.
Kata Abu Musa Al-Asy’ari Radhiyallahu ‘Anhu ketika beliau sedang duduk di pintu itu: “Dan aku ketika akan keluar dari rumahku ketika aku berwudhu, aku meninggalkan sudaraku yang mana saudaraku ketika itu sedang berwudhu dan aku berharap dia akan mengikuti aku.” Ini menunjukkan cintanya Abu Musa kepada saudaranya: “Kalau memang Allah menghendaki kebaikan untuk saudaranya itu, pasti saudaranya itu akan datang ke tempanya bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang di situ ada Abu Bakar Ash-Shiddiq.”
Ketika beliau sedang memikirkan saudaranya yang beliau ketika itu meninggalkan di rumahnya dan menyuruh untuk mengikutinya, ternyata ada orang yang menggerakkan pintu kebun tersebut. Abu Musa bertanya:
منْ هَذَا؟
Siapa yang menggerakkan pintu itu?
Maka dijawab oleh Umar bin Khaththab bahwa yang menggerakkan pintu adalah Umar bin Khaththab.
Simak pada menit ke-37:26
Download MP3 Kajian Tentang Anjuran Memberi Berita Gembira dan Ucapan Selamat
Podcast: Play in new window | Download
Download mp3 yang lain tentang Riyadhus Shalihin Min Kalam Sayyid Al-
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/48504-anjuran-memberi-berita-gembira-dan-ucapan-selamat/